Ketenangan dan kepuasan hati menjadi kerinduan semua orang, tetapi mungkinkah memiliki ketenangan hati di tengah-tengah kehidupan yang penuh dengan gejolak? Mungkinkah pohon anggur berbuah di musim kemarau? Semua ini tergantung ke mana kita berpaling.
Seorang wanita yang berada di tengah-tengah orang banyak berseru kepada Yesus ketika ia menyaksikan Yesus mengusir roh jahat.
Ketika Yesus masih berbicara, berserulah seorang perempuan dari antara orang banyak dan berkata kepada-Nya: “Berbahagialah ibu yang telah mengandung Engkau dan susu yang telah menyusui Engkau.” (Lukas 11:27 TB)
Seandainya kebahagiaan diasosiasikan dengan melahirkan seorang anak yang hebat seperti Yesus, hanya ada satu ibu yang bahagia, dan ibu-ibu lainnya tidak memiliki kesempatan untuk berbahagia.
Pikiran kita mudah sekali melenceng dan mengasosiasikan kebahagiaan sejati dengan sesuatu yang kita bisa dapatkan dari dunia ini. Kita mendambakan kebahagiaan yang instan: datangnya cepat dan berlalunya pun cepat. Kalau kebahagiaan-mu semata-mata berasal dari dunia ini, kebahagiaan-mu bersifat sementara dan akan mudah sekali dipengaruhi oleh keberadaan dunia-mu yang penuh dengan gejolak.
Yang sehat suatu hari pasti akan pernah sakit, yang masih muda dan kuat, pasti suatu hari akan menjadi tua dan rentan. Seandainya kita menyadari bahwa semua yang berasal dari dunia ini bersifat sementara dan mudah sekali berlalu, kita pasti mau berpaling kepada sumber kebahagiaan yang tidak berasal dari dunia ini, tetapi yang berasal dari Tuhan.
Mengingat hati Tuhan Yesus yang penuh dengan belas kasihan, saya yakin Dia berbicara langsung kepada wanita ini dan menyadarkan wanita ini dari pikiran yang keliru. Tuhan Yesus menegaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak ada hubungannya dengan ibu yang melahirkan-Nya, tetapi hanya oleh sesuatu yang tidak berasal dari dunia ini, yaitu berasal dari Allah.
Tetapi Ia berkata: “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya.” (Lukas 11:28 TB)
Sepertinya Tuhan Yesus berkata kepada wanita ini bahwa ia pun memiliki kesempatan untuk berbahagia meskipun ia bukan ibu yang melahirkan Yesus.
Kesempatan untuk mengalami kebahagiaan sejati bukan saja milik kelompok-kelompok tertentu, tetapi diberitakan bagi semua suku bangsa. Kunci kebahagiaan sejati adalah mendengar dan melakukan firman Allah.
Pastikan anda mendengar Tuhan berfirman. Kita bisa duduk di gereja, pendeta berkotbah, tetapi kita tidak mendengar Tuhan berbicara lewat firman-Nya, seperti wanita ini: menyaksikan Yesus, tetapi pikirannya tidak tertuju kepada Yesus, melainkan kepada ibu Yesus. Kita bisa membaca alkitab, tetapi tidak mendengar Tuhan berbicara.
Dengan kekuatan sendiri, memang kita tidak memiliki kuasa untuk mendengar Tuhan berfirman, oleh karena itu kita perlu berseru kepada Tuhan dalam doa dan dengan kerendahan hati memohon pertolongan Roh Kudus untuk memberi kita telinga rohani untuk bisa mendengar Tuhan berfirman. Ketika anda mendengar, anda tahu bahwa Tuhan sedang berbicara atau berfirman kepada anda melalui kotbah, atau melalui bacaan firman Tuhan.
Jangan mengabaikan Tuhan. Berbahaya jika seseorang mendengar firman Tuhan dikhotbahkan setiap hari Minggu, tetapi ia mengabaikannya. Mengabaikan firman Tuhan membuat hati menjadi keras dan pikiran menjadi gelap (Efesus 4:18).
Sebab itu, seperti yang dikatakan Roh Kudus: “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu seperti dalam kegeraman pada waktu pencobaan di padang gurun, (Ibrani 3:7-8 TB)
Pastikan anda tidak hanya mendengar, tetapi juga memiliki sikap hati yang percaya dan mau mentaati firman Tuhan. Mempercayai apa yang Tuhan firmankan seperti membuka pintu untuk Tuhan bekerja di hati dan firman Tuhan tidak kembali dengan sia-sia melainkan mengerjakan apa yang dikehendaki Allah (Yesaya 55:10-11).
Tuhan Yesus menggambarkan orang yang tidak hanya mendengar tetapi melakukan perkataan-Nya seperti rumah yang kokoh yang tidak bisa diruntuhkan oleh bencana alam. Benca alam boleh ada, masalah hidup tetap ada, tetapi orang yang memiliki kehidupan yang mendengar firman Tuhan dan melakukannya akan memiliki ketenangan di tengah badai.
“Setiap orang yang datang kepada-Ku dan mendengarkan perkataan-Ku serta melakukannya — Aku akan menyatakan kepadamu dengan siapa ia dapat disamakan —ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun.” (Lukas 6:47-48 TB)
Sekarang anda sudah mengetahui rahasia kebahagiaan sejati di tengah-tengah dunia kita yang penuh dengan gejolak, dan tinggal kesediaan hati yang mau mendengar Tuhan berfirman dan mau belajar melakukannya. Seperti petani yang menanam tidak langsung menikmati hasil, begitu juga ketika seseorang baru belajar mendengar firman Tuhan dan melakukannya tidak secara instan mengalami kebahagiaan sejati, tetapi melewati proses dan ada kepastian akan menikmati hasil.
Doa
Kiranya Roh Kudus menolong kita mendengar firman-Nya dengan hati percaya dan memberi kita kuasa untuk melakukan firman-Nya supaya kita terus berbuah meskipun musim kemarau.
Leave a Reply